Setiap pekarangan umat hindu di Bali maupun di luar bali memiliki Sanggah Merajan, sanggah Natah dan lain-lainnya.
Nah tiada salahnya kita belajar lebih mengenal fungsi dari masing-masing palinggih yang ada di sekitar lingkungan kita antara lain sebagai berikut:
1. Gedong Sari atau Ratu terletak di sebelah utara dari pertiwi menghadap ke barat.
Apa Fungsinya dan Siapa yang dipuja di sana..?
Gedong Sari atau Ratu fungsinya adalah persimpangan Pemujaan Dewa-dewa di Pura-Pura Khayangan Jagat Bali. Yang di Puja disana adalah Dewa – Dewa di Pura Khayangan Jagat Bali.
2. Gedong Catu, terletak di sebelah Utara Gedong Sari menghadap ke barat, menggunakan perucut runcing di atapnya.
Fungsinya adalah untuk tempat pemujaan Sri Sedana manifestasi Ida SangHyang Widhi ( Tuhan ) sebagai Dewa Harta Atau Kekayaan, untuk kesejahteraan hidup.
Dewa yang di puja di Sana adalah Bathara Rambut Sedana ( Sri Sedana ) sebagai Dewa kekayaan.
3. Pelinggih Saren Daja ( Pesaren di sebelah utara ), menghadap ke Selatan, dilengkapi dengan Menjangan Seluang.
Pelinggih-pelinggih Menjangan Seluang ( Salwang ) adalah pelinggih untuk menghormati jasa-jasa Mpu Kuturan di Bali.
Empu Kuturan ialah seorang Maha Rsi dari Jawa timur yang dating ke Bali pada waktu pemerintahan Raja Marakata yaitu adik dari Airlangga.
Empu Kuturan di kenal sebagai salah satu tokoh spiritual yang memperkokoh sendi-sendi kehidupan beragama di Bali.
Antara lain :
· Adanya Khayangan Tiga di Desa-Desa Pakraman
· Adanya Khayangan Jagat
· Adnyan Sad Kahyangan Di Bali
· Tata Cara Penyelenggaraan Desa Pakraman.
· Tata Cara Pelaksanaan Upacara dan Upakaranya.
· Mengenal Arsitektur tradisional Bali.
· Palinggih-Palinggih Meru,Tugu dan Gedong.
Dan Mpu Kuturan juga di kenal sebagai pemersatu beberapa paham atau sekte hindu yang ada di Bali.
Beliau Juga Mengajarkan berbagai jenis pedagingan secara spiritual. Dan menganjurkan membuat Sanggah atau Merajan di tiap-tiap pekarangan rumah dan lain-lainnya.
Sebenarnya, sebelum paham atau sekte Hindu yang ada di Bali itu dapat disatukan oleh Mpu Kuturan, sering kali terjadi pertentangan paham yang menimbulkan keributan.
Maka Raja Gunapriya Dharmapatni ( Udayana Warmadewa ) yang bertahta di Bali pada waktu itu pada tahun saka 910 sampai 933 yang merupakan Raja keturunan Majapahit memandang perlu mendatangkan ahli Rohaniawan dari Majapahit, dan beliau mengirim utusan ke Majapahit, dari Majapahit mendapat tanggapan baik, maka dikirimlah Maha Rsi ke Bali
yaitu :
· Empu Semeru,
· Empu Garia,
· Empu Kuturan,
· Empu Gnijaya,
· Empu Baradah.
Setelah Beliau bersama-sama di Bali Raja Gunapriya Dharmapatni mengangkat Empu Kuturan sebagai Ketua Majelis dalam tugas penanganan tentang sekte-sekte tersebut.
Kemudian Empu Kuturan mengadakan pertemuan dengan nama “ Samuan Tiga “ hasil keputusan Samuan tersebut mendapat kesepakatan bahwa keagamaan didasarkan kepada Siwa dan Bhuda dan semua sekte telah masuk kedalamnya.
Jadi kesimpulanya yang berstana ( Malinggih ) di Palinggih Menjangan Seluang adalah Sang Hyang Panca Rsi Terutama Empu Kuturan.
4. Di bagian Utara Menghadap ke Selatan ada Palinggih Taksu
Fungsinya adalah untuk memohon “ Kesidhian “ atau Keberhasilan untuk semua jenis profesi seperti seniman, balian,guru, pedagang,petani, pemimpin masyarakat dan lain-lainnya.
Yang Malinggih di sana adalah Ratu Nyoman Sakti Pangadangan sebagai Dewaning Taksu.
Bisa juga Sang Bhuta Kala Raja sebagai Sedahan Taksu.
Apa Fungsi dari Tajuk dan siapa yang malinggih disana?
Fungsinya adalah sebagai tempat paruman Dewa-Dewa pada waktu nedunang Paica, sehingga tirtha-tirtha semua di linggihkan disana.
Yang Malinggih di sana adalah Semua Dewa-Dewa yang akan memberikan Paica kepada Para bhakta ( Pamedek ) pada waktu Odalan atau Petoyan.
5. Di Pojok tenggara terdapat tugu Panglurah.
Dalam Penghayatan agama Immanent ( sekala ) Tugu Panglurah adalah palinggih ( Sthana ) para Lurah, iringan pengawal para Dewa Istadewata Hyang Widhi, yang di puja pada waktu hari Subadewasa.
Upacara yang dilaksanakan di suatu pura atau sanggah atau Merajan.
Fungsinya adalah sebagai Pengawal Pribadi dari Ista Dewata Hyang Widhi.
6. Di Sember ( Sumur ) Siapa yang Malinggih
Yang Malinggih di Sumur atau Sember adalah Dewa Wisnu.
7. Di Apit Lawang Pamedalan Merajan siapa yang malinggih?
Yang malinggih di apit lawang pamedalan Merajan adalah Prekangge Ida Bhatara atau Pembantu Penjaga Ista Dewata Sang Hyang Widhi.
8. Kemudian ada sanggah Surya atau di sebut Sanggah Natah atau Sanggah Pangijeng.
Apa fungsi dan siapa yang melinggih disana?
Fungsinya adalah untuk menyinari semua yang ada di paekarangan itu atau menjaga semua yang ada di pekarangan itu. Dan merupakan saksi Agung dari segala apa yang kita perbuat .
Yang Malinggih di sana adalah Dewa Surya yang konon dalam mitologi Dewa Surya adalah murid dari Dewa Ciwa yang paling pintar, yang bisa menyamai kepintaran Dewa Ciwa.
Sehingga Dewa Surya di beri Gelar Surya Raditya dan dipakai sebagai contoh untuk mengetahui kepintaran atau kesaktian Bhatara Ciwa.
Dan sebagai ucapan terimakasih dari Bhatara Surya maka Dewa Ciwa diberi Gelar Kehormatan dengan nama Bhatara Guru, karena beliau guru dari para Dewa.
Sehingga kalau kita lihat pengastawa di sanggah natah antara lain:
“Ong Ang Ung Mang, Ong Ciwa Rekaprastika ya namah Swaha”
Bisa juga yang malinggih di Sanggah Natah adalah Sanghyang Siwa Reka yang tiada lain ialah Dewa Ciwa itu sendiri, yang Ngereka ( bahasa Bali) atau yang menciptakan Alam Semesta beserta isinya.
Bersambung……….
Sumber : dari berbagai sumber
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Post a Comment
Terima kasih, komentar anda sangat berarti bagi Blogputrasekarbali. Isi pendapat anda tentang blog ini di Testimoni.